Gudang Garam Panjang
Awal Kelahiran Gudang Garam
Suatu saat muncul perselisihan antara pamannya dengan Tjoa yang menyebabkan dia mengundurkan diri dari pabrik rokok Tjap 93. Menurut sebuah cerita, perselisihan disebabkan karena Tjoe menuntut pembagian saham kepada pamannya. Sementara itu versi lain juga menceritakan pamannya tidak setuju dengan ekspansi perusahaan yang direncanakan Tjoa. Akhirnya Tjoa keluar diikuti 50 pegawai setianya dan membuka lini bisnis rokok baru dengan merk Inghwe dalam skala rumahan. Inghwe kemudian berkembang pesat setelah memasarkannya melalui jalur distribusi rokok Tjap 93.
Lompatan-lompatan besar yang dilakukan Tjoa menjadi awal kelahiran pabrik rokok Gudang Garam. Perusahaan tersebut berdiri pada 26 Juni 1958. Awal produk yang dikeluarkan Gudang Garam bernama rokok 'Gudang Garam Kuning'
Uniknya logo Gudang Garam yang ikonik tersebut terinspirasi dari mimpi yang dialami Tjoa saat sedang memandangi sebuah tempat penimbunan garam yang berada di dekat rel kereta api. Ini mungkin berkaitan dengan Madura, tempat Tjoa dibesarkan yang merupakan salah satu tempat produsen garam di Indonesia.
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN TANGGAL 8 JULI 2021
Ringkasan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Sigaret Kretek Mesin Mild
Hand kretek cigarettes
Daftar harga rokok gudang garam terbaru Desember 2024
Tempat - Kotak Rokok Dan Korek Api Bara Jing Pin Gudang Garam Surya
Koleksi Rokok Jadul Klobot Gudang Garam 12
Rokok Gudang Garam Surya isi 16 batang
kaleng bekas rokok surya-gudang garam
New Rokok Gudang Garam Djaman Dulu Rokok Djadul Rokok Kulit Jagung Original
Tempat Rokok Wadah Rokok Kayu Gudang Garam Surya 16
Penduduk Indonesia mulai mengenal tembakau pada abad ke-17 melalui bangsa Eropa. Saat ini, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara penghasil tembakau kualitas terbaik di dunia. Ada lebih dari 100 varietas tembakau yang tumbuh di Indonesia, di atas lebih dari 250 ribu hektar lahan yang mayoritas berlokasi Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Ada banyak hal yang mempengaruhi cita rasa serta kandungan nikotin di dalam daun tembakau, yaitu jenis dan ketinggian tanah tempat tumbuhan tersebut ditanam, curah hujan, cuaca, serta tradisi bercocok tanam para petani.
Penanaman tembakau biasanya dilakukan pada bulan April. Butuh waktu sekitar enam bulan kemudian untuk memanen tembakau. Setelah dipanen, dauh tembakau kemudian disobek-sobek dengan tangan dan dikeringkan di bawah terik sinar matahari selama dua hari. Kemudian, daun tembakau tersebut dipilah berdasarkan kualitasnya untuk kemudian dijual kepada pabrik rokok. Di pabrik, daun tembakau ada yang langsung digunakan, namun ada pula yang disimpan hingga bertahun-tahun, sesuai dengan resep yang dibutuhkan untuk membuat kretek merek tertentu.
Seperti tembakau, tanaman cengkeh juga tumbuh subur di Indonesia. Bagian dari tanaman cengkeh yang biasa digunakan adalah bagian bunga yang belum mekar. Meski dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh banyak bangsa di seluruh dunia—mulai dari India sampai Eropa, dulu pohon cengkeh hanya tumbuh di “pulau rempah” Maluku. Itu sebabnya cengkeh dihargai dengan nilai tinggi dan diburu oleh banyak orang.
Rempah berharga ini juga secara tidak langsung ikut andil membentuk negara Indonesia seperti saat ini. Tak kurang dari bangsa Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis, dulu saling berebut ingin menguasai dan mendominasi perdagangan cengkeh di Indonesia.
Meski kini cengkeh sudah dibudidayakan di negara-negara lain, Indonesia tetap menjadi penghasil cengkeh terbesar di dunia. Ini merupakan suatu berkah, karena industri kretek di membutuhkan pasokan cengkeh yang besar setiap tahunnya, atau sekitar sekitar 95% dari hasil cengkeh sedunia.
Pohon cengkeh membutuhkan waktu setidaknya lima tahun untuk tumbuh dewasa dan siap dipanen. Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu, cengkeh ditimbang, dijual, kemudian dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk membuat kretek.
Komponen terakhir dalam pembuatan kretek adalah saus, yang terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Selain komposisi campuran tembakau dan cengkeh, saus inilah yang menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek.
Sumber: disadur dari Hanusz, Mark. Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, Singapore: Equinox Publishing (Asia) Pte. Ltd. (2.000)
© 2018 PT. Gudang Garam Tbk
### Penilaian Komprehensif Sektor Tembakau#### Pendahuluan Sektor tembakau di Indonesia tetap menjadi bagian penting dari industri consumer staples, dipimpin oleh perusahaan-perusahaan utama seperti Gudang Garam ($GGRM), HM Sampoerna ($HMSP), dan Wismilak Inti Makmur (WIIM). Meskipun demikian, sektor ini menghadapi berbagai tantangan terkait kebijakan regulasi, perpajakan, dan daya beli domestik. Evaluasi ini membahas tren terbaru, risiko potensial, dan proyeksi masa depan dalam sektor tembakau berdasarkan laporan yang diberikan.---#### Kondisi Pasar dan Prospek Sektor Laporan memberikan rating Underweight untuk sektor tembakau, mencerminkan kekhawatiran terkait potensi pertumbuhan akibat ketidakpastian kebijakan dan tantangan makroekonomi. Beberapa poin penting:- Ada indikasi bahwa cukai rokok mungkin tidak naik di FY25F, yang bisa memberi kelegaan sementara bagi perusahaan tembakau. Pemerintah kemungkinan hanya akan menaikkan harga jual eceran minimum (HJE) untuk meningkatkan pendapatan tanpa menaikkan cukai. - Proyeksi pendapatan dari cukai rokok untuk FY25F sebesar Rp230,7 triliun, yang stagnan dibandingkan Rp230,4 triliun di FY24F.---#### Perusahaan Utama dan Dampak Finansial Berikut adalah evaluasi dari tiga perusahaan besar di sektor tembakau:1. Gudang Garam ($GGRM) - Diperkirakan paling diuntungkan jika cukai stabil, berkat rasio biaya operasional terhadap pendapatan yang paling rendah. - Jika cukai tidak naik dan ASP meningkat 2%, laba bersih FY25F bisa tumbuh hingga 100%. 2. HM Sampoerna ($HMSP) - Diproyeksikan mengalami pertumbuhan laba bersih FY25F sebesar 16% dengan penyesuaian ASP moderat. - Potensi peningkatan imbal hasil dividen menarik bagi pemegang saham. 3. Wismilak Inti Makmur ($WIIM) - Diperkirakan terjadi peningkatan laba bersih FY25F sebesar 8%, dengan potensi kenaikan EPS sebesar 27% jika cukai stabil. ---#### Tantangan dan Risiko Industri Sektor ini menghadapi sejumlah risiko yang dapat menghambat pertumbuhan:1. Risiko Regulasi - Potensi kenaikan cukai di masa depan (sekitar 10% berdasarkan tren sebelumnya) dapat menurunkan profitabilitas dan menyebabkan penurunan sektor.2. Daya Beli Domestik - Lemahnya daya beli membatasi kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga secara agresif.3. Pasar Rokok Ilegal - Penjualan rokok ilegal dapat mengurangi pangsa pasar rokok legal, memerlukan pengawasan yang lebih ketat.4. Regulasi Kesehatan - Kampanye kesehatan publik dan peraturan yang lebih ketat terkait merokok dapat memengaruhi permintaan.---#### Potensi Katalis Positif Meskipun terdapat tantangan, beberapa faktor dapat mendorong hasil positif:1. Cukai Stabil - Kebijakan cukai 0% di FY25F dan seterusnya dapat mendukung profitabilitas jangka panjang.2. Penyesuaian Harga - Ruang untuk kenaikan harga moderat tanpa memengaruhi permintaan secara signifikan.3. Imbal Hasil Dividen - Peningkatan imbal hasil dividen (hingga 11% untuk WIIM) dapat menarik investor.---#### Kesimpulan Sektor tembakau Indonesia berada di persimpangan jalan, sangat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah dan dinamika konsumen. Stabilitas cukai di FY25F dapat memberikan kelegaan sementara, tetapi risiko jangka panjang tetap ada, seperti perubahan regulasi, kampanye kesehatan, dan tantangan ekonomi. Perusahaan seperti Gudang Garam, HM Sampoerna, dan Wismilak Inti Makmur mungkin akan menikmati peningkatan laba sementara, tetapi pertumbuhan berkelanjutan memerlukan strategi adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan pasar. Catatan lainnya: bitly/4a8K4E1
Indonesian tobacco company
PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk (Republican spelling Indonesian for "Salt Warehouse brand Cigarette Company plc"), trading as PT Gudang Garam Tbk, is an Indonesian tobacco company, best known for its kretek (clove cigarette) products. It is Indonesia's largest tobacco manufacturer, with a market share of nearly 33%.[1] The company was founded on 26 June 1958 by Tjoa Ing Hwie, who changed his name to Surya Wonowidjojo (1923–1985). In 1984, control of the company was passed to Wonowidjojo's son, Cai Daoheng/Tjoa To Hing (Rachman Halim), who subsequently became the richest man in Indonesia. Halim headed the company until his death at the age of 60 in 2008.[2]
Wonowidjojo was in his 20s when his uncle offered him a job working with tobacco and sauce at his kretek factory, Cap 93. Cap 93 was one of the most famous kretek brands in East Java. Hard work and diligence were rewarded by promotion to Head of Tobacco and Sauce, which eventually led to Wonowidjojo becoming a company director.
Wonowidjojo left Cap 93 in 1956, taking 50 employees with him. He started buying land and raw materials in Kediri and soon began producing his own klobot kretek, which he marketed under the brand name Inghwie. Two years later, he renamed and registered his company as Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam.
He chose the name Gudang Garam after a dream about the old salt warehouse which stood opposite Cap 93. Sarman, one of the original 50 employees who had followed him when he quit Cap 93, suggested he put a picture of the warehouse on every packet of his kretek for good luck. Wonowidjojo considered this a good idea and asked Sarman to design the logo, commenting: "We should leave two doors open, two half-opened, and one closed. If all the doors were closed, we would feel that everything had already been achieved."[3]
Gudang Garam grew rapidly, and by the end of 1958, it had 500 employees producing over 50 million kretek annually. By 1966, after only eight years in production, Gudang Garam had grown to be the largest kretek factory in Indonesia, with an annual production of 472 million sticks. Consumers have noted Gudang Garam's, particularly the Inghwies, similar smell to alcoholic beverages.
By 1969, Gudang Garam was producing 864 million sticks a year and was indisputably the largest kretek producer in Indonesia and Taiwan.
In 1979, Wonowidjojo completely renovated Gudang Garam's production system, ordered thirty rolling machines, and developed a new formula for his machine-made kretek.
Rival companies tried to discredit the brand by claiming its contents included marijuana in addition to cloves and tobacco. The company has the distinction of being the largest single employer in Indonesia and Taiwan.
Klobot kretek cigarettes
Gudang Garam owns one of the top five badminton clubs of Indonesia. Suryanaga Gudang Garam is based in the capital city of East Java, Surabaya.
Lupakan Email dengan Sistem Notifikasi Instan
Riwayat penawaran dari penjual tersimpan selamanya di dalam sistem, sehingga Anda dapat dengan mudah mengaksesnya kapan saja tanpa perlu mencari di kotak masuk email.
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN TANGGAL 26 JUNI 2023
Ringkasan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Awal Kehidupan Surya Wonowidjojo
Tjoa Ing-Hwie atau dikenal dengan nama Surya Wonowidjojo lahir pada lahir pada Agustus 1923. Tjoa mengawali kisah sukses Gudang Garam mulai dari bermigrasi saat berumur 3 tahun bersama keluarganya dari China dan menetap di Sampang, Madura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi sepeninggal ayahnya, Tjoa pindah ke Kediri untuk hidup bersama pamannya, Tjoa Kok Jiang. Disana Tjoe mulai belajar industri rokok dari bekerja di pabrik rokok "Tjap 93" milik pamannya.
Berkat kerja kerasnya, Tjoa terus mendapatkan promosi sampai akhirnya menjabat sebagai direktur di Tjap 93. Perusahaan rokok Tjap 93 pun berkembang pesat dan makin dikenal khalayak umum.
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN TANGGAL 28 AGUSTUS 2020
Riwayat Hidup Calon Pengurus Periode 2020-2025
Ringkasan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN TANGGAL 30 JUNI 2022
Ringkasan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan